Cuaca bagi kami adalah metafora. Menanyakan cuaca menjadi
ungkapan yang digunakan saat masing –masing pihak meyimpan hal lain yang gentar
di utarakan.
“bagaimana cuacamu?”
“aku biru”
“aku kelabu.”
Keangkuhan memecah jalan kami. Kendati cuaca menalikannya. Kebisuan
menjebak kami dalam permainan dugaan, lingkaran tebak menebak, agar yang
tersirat tetap tak tersurat.
“Bagaiman cuacamu?”
“aku cerah, sama sekali tidak berawan. Kamu?”
“bersih dan terang. Tidak ada awan.”
Batinku meringis karena berbohong. Batinnya tergugu karena telah
bohongi. Namun kesatuan diri kami telah memutuskan demikian : menampilkan cerah
yang tak sejati karena awan mendung tak pantas jadi pajangan.
Cuaca demi cuaca melalui kami, dan kebenaran akan semakin
dipojokkan. Sampai akhirnya nanti, badai meletus dan menyisakan kejujuran yang
bersinar. Entah menghangatkan atau menghanguskan.
Anda Baru saja membaca artikel tentang CUACA [1998] dan anda bisa menemukan artikel CUACA [1998] ini dengan url http://tokoyagis.blogspot.com/2014/04/cuaca-1998.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel CUACA [1998] ini bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link CUACA [1998] sumbernya.
No comments:
Berkomentar dengan baik dan tidak ada istilah melecehkan dengan format mencemarkan nama baik,...