Saturday, 19 April 2014

CUACA [1998]



Membicarakan cuaca
Cuaca bagi kami adalah metafora. Menanyakan cuaca menjadi ungkapan yang digunakan saat masing –masing pihak meyimpan hal lain yang gentar di utarakan.
“bagaimana cuacamu?”
“aku biru”
“aku kelabu.”

Keangkuhan memecah jalan kami. Kendati cuaca menalikannya. Kebisuan menjebak kami dalam permainan dugaan, lingkaran tebak menebak, agar yang tersirat tetap tak tersurat.
“Bagaiman cuacamu?”
“aku cerah, sama sekali tidak berawan. Kamu?”
“bersih dan terang. Tidak ada awan.”
Batinku meringis karena berbohong. Batinnya tergugu karena telah bohongi. Namun kesatuan diri kami telah memutuskan demikian : menampilkan cerah yang tak sejati karena awan mendung tak pantas jadi pajangan.
Cuaca demi cuaca melalui kami, dan kebenaran akan semakin dipojokkan. Sampai akhirnya nanti, badai meletus dan menyisakan kejujuran yang bersinar. Entah menghangatkan atau menghanguskan.

No comments:

Add Comment

Berkomentar dengan baik dan tidak ada istilah melecehkan dengan format mencemarkan nama baik,...