Malam memuram. Diammu menginfeksi udara dan membuat dunia
sungkan bersuara. Dunia 4 x6 meter tempat kita duduk berdua.
Lenganmu kautarik menjauh untuk merengkuh dirimu sendiri. Tidak
apa-apa. Aku mengerti. Duka membuatmu demam, dibuka kedinginan tapi dibungkus
dua pasang lengan bikin kamu keringatan. Bukan bearti saya tidak butuh kamu,
dulu sekali memperingatkan.
Aku mengerti. Kesedihan selalu membawa pulang ke rahim ibu
tempat engkau meringkuk nyaman sendirian padahal tidak. Ada dunia di sekelilingmu.
Ada aku disampingmu. Tapi kamu mendamba rasa sendiri itu.
Diammu memapahku ke ujung
pertahanan. Dan akhirnya
kutersedak oleh hampa. Tak satupun boleh menodai diammu. Telan napas itu. Bungkus
dan simpan di kantong untuk nanti dilarutkan di sungai.
Lamat- lamat suara ramai membumbung. Merubung dunia 4 x6
meter tempat kita duduk berduka. Kudengar gerundel, kudengar gerutu, terkadang
batuk, decak lidah, hingga teriakan yang membuatku gemetar. Terakhir terdengar
isak pelan. Namun siluetmu masih diam sempurna.
Bagaimana mungkin kamu jadikan tubuhmu sangkar bagi
perasaan? Bukankah perasaan kadang dari jasad ini? Dalam diammu, aku mendengar
banyak suara. Diammu berkata-kata.
Tangismu yang tak terlihat merrobek ruang waktu dan
menghampiriku dengan cara sendiri. Mari kusutkan air mata itu, kukecup keningmu
halus, dan kutidurkan kepalamu diatas perutku yang hangat. Mari....
Kau dan aku hembuskan nafas. Tak lagi pengap. Tidak ada yang
bergerak. Namun diam itu telah runtuh oleh diam.
Anda Baru saja membaca artikel tentang DIAM [2000] dan anda bisa menemukan artikel DIAM [2000] ini dengan url https://tokoyagis.blogspot.com/2014/04/diam-2000.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel DIAM [2000] ini bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link DIAM [2000] sumbernya.
No comments:
Berkomentar dengan baik dan tidak ada istilah melecehkan dengan format mencemarkan nama baik,...